Dengue NS1 (nonstructural protein 1) adalah salah satu protein yang dihasilkan oleh virus dengue selama infeksi. Tes NS1 digunakan untuk mendeteksi keberadaan protein NS1 dalam darah pasien yang dicurigai terinfeksi virus dengue. Kombinasi tes NS-1, IgM dan IgG yang terbentuk dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang status infeksi.
Tes ELISA adalah tes serologi yang digunakan untuk mengecek keberadaan antibodi IgM dan IgG chikungunya. Umumnya, kadar antibodi IgM sangat tinggi pada 3–5 minggu setelah gejala muncul dan bisa bertahan hingga 2 bulan.
Antistreptolysin Titer O atau ASTO adalah pemeriksaan darah untuk mengukur kadar antibodi terhadap streptolysin O, yaitu suatu enzim toksik yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus grup A. Antibodi merupakan protein yang dihasilkan oleh tubuh ketika tubuh mendeteksi adanya benda asing yang berbahaya seperti bakteri.
Tes Rubella IgG adalah uji laboratorium yang digunakan untuk mendeteksi antibodi kelas IgG terhadap virus rubela. Antibodi IgG menunjukkan adanya kekebalan terhadap rubela dan menunjukkan apakah seseorang pernah terinfeksi virus rubela atau telah divaksinasi terhadap penyakit ini.
Pemeriksaan antigen SARS-CoV-2 adalah salah satu metode diagnostik untuk mendeteksi keberadaan virus yang menyebabkan COVID-19, yaitu SARS-CoV-2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat, biasanya dalam waktu 15-30 menit.
IgG Toxoplasma merupakan antibodi yang menunjukkan adanya paparan toksoplasma yang pernah terjadi. Sedangkan, IgM adalah antibodi yang menunjukkan adanya paparan toksoplasma atau infeksi yang sedang berlangsung.
Pemeriksaan ini dilakukan ketika seseorang pertama kali terinfeksi hepatitis A karena tubuh memproduksi antibodi anti-HAV IgM. Antibodi ini biasanya terdeteksi dari dua minggu setelah gejala mulai sekitar enam bulan kemudian. Pengujian dilakukan pada sampel darah. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi hepatitis A dan menilai apakah seseorang memiliki kekebalan terhadap penyakit ini.