Aviditas anti-Toxoplasma IgG merupakan kekuatan ikatan antara anti-Toxoplasma IgG dengan parasit Toxoplasma gondii. Pemeriksaan aviditas anti-Toxoplasma IgG diperlukan apabila ada dugaan terjadi infeksi Toxoplasma (ditandai dengan Toxoplasma IgG & IgM positif) pada ibu hamil untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi.
Pemeriksaan Anti-HCV adalah uji darah yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus hepatitis C, memberikan indikasi apakah seseorang pernah terinfeksi virus tersebut. Hasil positif pada pemeriksaan ini menandakan keberadaan antibodi anti-HCV, namun diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengonfirmasi infeksi aktif. Pemeriksaan Anti-HCV memiliki peran penting dalam skrining, diagnosis, dan manajemen pasien dengan hepatitis C.
Pemeriksaan HBeAg biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan lain untuk mendeteksi infeksi hepatitis B, seperti HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen), anti-HBs (hepatitis B surface antibody), anti-HBc (total antibody to hepatitis B core antigen), dan IgM anti-HBc (IgM antibody to hepatitis B core antigen).
Infeksi virus hepatitis B dapat menyebabkan penyakit hepatitis B. Virus ini menimbulkan infeksi pada organ hati. Penyakit hepatitis B dapat terjadi pada beberapa kelompok yang berisiko baik pada dewasa maupun anak-anak. Infeksi virus ini dapat melalui darah, hubungan seksual dan juga jaringan plasenta ibu ke janin. Oleh karena ini pemeriksaan anti-HBs ini dapat membantu mengetahui seseorang penah mengalami infeksi virus hepatitis B atau tidak sebelumnya walaupun tidak menunjukkan gejala.
Pemeriksaan HIV 1/2 mengacu pada uji laboratorium yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV tipe 1 dan tipe 2 dalam tubuh seseorang. HIV, atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Terdapat dua jenis utama HIV, yaitu HIV tipe 1 dan HIV tipe 2. Pemeriksaan HIV 1/2 biasanya melibatkan pengambilan sampel darah untuk mendeteksi antibodi atau antigen yang dihasilkan tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Pemeriksaan ini sering dilakukan dalam upaya untuk mendiagnosis infeksi HIV, yang jika tidak diobati, dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh sangat melemah. Hasil pemeriksaan HIV 1/2 bukanlah diagnosis final. Hasil positif memerlukan konfirmasi lebih lanjut, dan hasilnya harus diinterpretasikan oleh profesional medis yang berkompeten. Pemeriksaan HIV sering kali merupakan bagian dari program pencegahan dan pengendalian penyakit menular, serta dapat menjadi langkah awal untuk mendapatkan perawatan dan dukungan yang diperlukan jika hasilnya positif.
Tes anti-Cytomegalovirus IgG adalah pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi IgG terhadap Cytomegalovirus (CMV). CMV merupakan suatu jenis virus yang umum menginfeksi manusia. Virus ini bisa ditularkan dari orang ke orang melalui cairan tubuh seperti air liur, semen, sekret vagina, darah, dan air susu ibu.
Imunohistokimia (IHC) pada CD3 adalah metode diagnostik yang digunakan untuk menilai ekspresi CD3 pada jaringan biopsi atau sampel yang diambil dari pasien. CD3 adalah molekul yang umumnya diekspresikan pada sel T, dan pemeriksaan ini digunakan untuk menilai infiltrasi sel T dalam jaringan. Ini penting dalam diagnosis dan karakterisasi beberapa kondisi, termasuk penyakit autoimun, penyakit infeksi, dan kanker.
Skrining food handler adalah proses evaluasi kesehatan dan kebersihan individu yang terlibat dalam persiapan, penanganan, dan penyajian makanan. Skrining ini bertujuan untuk memastikan bahwa food handler tidak membawa risiko penularan penyakit melalui makanan kepada konsumen. Parameter Skrining food handler-1 adalah bakteri Salmonella, Shigella dan Vibrio.
Pemeriksaan IgG avidity biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah infeksi CMV adalah infeksi baru atau infeksi lama. Hasil seperti yang anda miliki (IgG positif dan IgG avidity tinggi) menandakan bahwa infeksi telah berlangsung lama, dan anda telah memiliki antibodi (kekebalan) terhadap CMV.
Hematologi rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang melibatkan analisis komponen darah untuk menilai kesehatan. Parameter utama termasuk jumlah sel darah merah, sel darah putih, trombosit, hemoglobin, dan hematokrit. Pemeriksaan ini membantu dokter dalam mendeteksi gangguan darah, infeksi, atau kondisi kesehatan umum pasien.
Pemeriksaan hematologi lengkap melibatkan analisis menyeluruh komponen darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, untuk mengevaluasi kesehatan umum pasien. Parameter utama yang diukur meliputi jumlah, ukuran, dan bentuk sel darah merah, serta konsentrasi hemoglobin dalam darah. Hasil pemeriksaan hematologi lengkap membantu dokter dalam diagnosis penyakit, pemantauan respons terhadap pengobatan, dan deteksi dini kondisi kesehatan tertentu.
Laju endap darah adalah parameter diagnostik yang mengukur kecepatan sedimentasi eritrosit dalam satu tabung darah selama satu jam. Peningkatan laju endap darah seringkali dapat menunjukkan adanya proses peradangan dalam tubuh. Pemeriksaan ini digunakan sebagai alat bantu dalam diagnosis penyakit inflamasi atau infeksi.
Gambaran darah tepi merujuk pada evaluasi sel darah di bawah mikroskop, memberikan informasi tentang karakteristik dan kondisi sel darah. Pemeriksaan ini mencakup penilaian morfologi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit untuk mendeteksi kelainan seperti anemia, infeksi, atau gangguan pembekuan darah. Hasil gambaran darah tepi membantu dokter dalam merinci kondisi kesehatan pasien melalui visualisasi struktur dan karakteristik sel darah.
Pemeriksaan retikulosit adalah pemeriksaan untuk menghitung jumlah retikulosit yaitu berupa sel darah merah yang masih muda dalam volume darah tertentu. Jumlah retikulosit yang terlalu tinggi atau rendah dapat mengambarkan adanya gangguan kinerja sumsum tulang belakang, penghancuran sel darah merah berlebihan, atau kekurangan zat besi.